Tags
bam mastro idols, danilla aaa, jason ranti bahaya komunis, lagu indonesia 2017, lagu indonesia terbaik, lagu lokal 2017, lagu lokal terbaik, lazuardi cholil, melancholic bitch pisau lipat, scaller the youth, sisir tanah konservasi konflik
10. Fourtwnty – Zona Nyaman
Kondangnya lagu ini mencerminkan generasi Y dan Z yang katanya lebih sadar pentingnya passion dalam memilih profesi. Generasi yang berharap mampu bekerja “bersama hati”, dibanding terjebak rutinitas kerja yang monoton. Berarti, apakah “zona nyaman” yang mesti ditinggalkan itu cocok memakai kata “nyaman”, atau sejatinya hanya situasi yang dipaksakan oleh sistem masyarakat modern yang tiada ampun? Senangnya melihat teman sekantormu setiap hari mendendangkan lagu ini tiap dimulainya jam kerja setelah makan siang. Pada akhirnya, ia tetap masuk-pulang kantor di jam yang sama dengan beban deadline yang sama. Yah, mudah-mudahan ranjangnya nyaman.
9. Bam Mastro – Idols
Salah satu daya tarik utama musik Elephant Kind adalah unsur vokalnya yang terdengar punya sensibilitas R&B. Penanggung jawabnya, Bam Mastro tahun ini menelurkan karya solo dengan label genre Jurban – Jakarta’s Urban. Dan “Idols” sebagai single-nya nyatanya malah punya sesuatu yang sama atraktifnya dengan vokalnya sendiri, yakni efek suara chipmunk yang menggeliang membentuk irama groovy. Unik. Kendati pula sangat berwarna pop, namun lagu ini tidak formulaik, bahkan berdurasi hampir delapan menit dengan komposisi berbeda di paruh akhirnya. Jika itu belum cukup janggal untuk Anda, tambah dosis dengan video musiknya yang eksentrik.
8. Zeke Khaseli & Yudhi Arfani Feat Cholil Mahmud – Lazuardi
Bertugas mengisi musik untuk film yang punya kerja sinematografi mengagumkan di lanskap alam, kolaborasi sejumlah musisi andal ini tahu apa yang dibutuhkan. Kata “lazuardi” sendiri secara harfiah berarti warna biru muda yang biasanya merujuk pada warna langit. Adalah hamparan langit Sumba yang menjadi saksi perjalanan Marlina menjinjing kepala pemerkosanya bak pendekar. Zeke Khaseli dan Yudhi Arfani lalu menambahkan unsur komposisi western tanpa berlebihan. “Lazuardi” telah mewakili, baik panorama sabana Sumba maupun kompleksitas batin Marlina.
7. Adrian Yunan- Komedi Situasi
Berkat Adrian Yunan kita mampu mendengar suara unik Elda Suryani menyanyikan melodi yang lebih unik lagi dari biasanya. Terlebih, yang dibawakan pun adalah lirik kontemplatif yang seolah ruang bermain petak umpet antara rasa kesepian dan nuansa hati yang riang, “Waktu si A bertanya ‘Kenapa orang tertawa dan menangis terkadang wajahnya sama lucunya?’ Lalu si B menjawab ‘Mungkin tawa dan tangis lahir dari kesenangan dan kesedihan yang sama'”
6. Scaller – The Youth
Intro panjang menjulur memberi ruang bagi tiap instrumen bersarang satu per satu, termasuk riff yang bersalin bentuk, tanpa tergesa, sebelum akhirnya suara Stella (vokal) tiba, “My world is dying!“. Drum bersipongang, distorsi menggebu-gebu, vokal meregang. Sebuah nomor anthemic yang tidak terjebak dalam klise-klise anthemic. Sambut “The Youth”, lagu rock paling impresif tahun ini.
5. Deugalih – Tanahku Tidak Dijual
Konsorsium Pembaharuan Agraria (KPA) mencatat setidaknya telah terjadi 450 kasus konflik agraria sepanjang tahun 2016, dengan total luas wilayah 1.265.027 hektar dan melibatkan 86.745 keluarga. Jumlah ini menandakan lonjakan yang sangat signifikan dan hampir dua kali lipat. Dalam perhitungan rata-rata, maka setiap harinya terjadi satu konflik agraria dan 7.756 hektar lahan terlibat dalam konflik. Setara dengan kehilangan sekitar sembilan belas kali luas provinsi DKI Jakarta. Tak ayal jika sampai bulan Maret 2017, sebanyak 17,10 juta penduduk miskin hidup di pedesaan dan ditandai dengan terus naiknya indeks keparahan kemiskinan.
Sepenting itu lagu ini. Sekadar info, data lain yang kami himpun mengatakan jika versi live-nya lebih mantap.
4. Jason Ranti – Bahaya Komunis
Phobia masyarakat kita akan ancaman komunisme sering kali berujung jadi lelucon. Kaos Pecinta Kopi Indonesia, logo Kreator, tugu tani, ikan louhan, apalagi setelah ini? “Ya udah gua respons aja, imajinasi lu gua tambahin deh. Sesederhana itu. Kalau lu bisa lebay gua juga bisa,” ujar Jason Ranti dalam wawancara dengan Medium. Bias sejarah yang dijaga sebagai pengawetan ketakutan sebenarnya memang persoalan yang lebih serius dari kelihatannya. Dampaknya mulai dari melanggengkan aksi pemberangusan literatur, politisasi untuk kepentingan elit, atau aksi kriminalisasi ke aktivis buruh dan petani. Sementara adalah kewajiban akademisi untuk memulangkan sejarah menjadi ilmu pengetahuan, satire adalah salah satu bahasa seniman yang bisa jadi partisipasi untuk mengikis ketakutan-ketakutan delusional ini. “Bahaya Komunis” juga rasanya lebih mudah dipertanggungjawabkan dibanding karya “Ikan Louhan” dari Agan Harahap. Dan di luar semua itu, harus diakui lagu ini memang lucu.
3. Danilla – Aaa
Single perdana dari album Lintasan Waktu ini menunjukan bagaimana jika talenta dan suara Danilla didukung secara maksimal hampir dalam segala hal. Tata suara yang top, olah instrumen yang optimum, dan bangunan atmosfer psychedelic yang ciamik. Ada ornamen khas Mac DeMarco yang memberi ciri, bas yang melenakan, gema-gema vokal, bahkan erangan solo distorsi. Riah, namun semuanya tetap terjaga di pesona karakter sirep Danilla. Terarah sampai ke detailnya. Sebuah produk musikalitas prima dengan visi.
2. Melancholic Bitch – Bioskop, Pisau Lipat
“Penderitaan itu pedih, Jenderal. Pedih. Coba sekarang rasakan silet ini. Juga pedih. Akan tetapi lebih pedih lagi penderitaan kami. Rasakan ini!,” seru tokoh Gerwani bernama Triani dalam novel Pengkhianatan G30S PKI yang diadaptasi dari film berjudul sama. Tak terhitung kajian kritis tentang film Pengkhianatan G30S PKI (1984), baik sebagai manipulator sejarah maupun perannya melegitimasi kepemimpinan suharto. Namun, “Bioskop, Pisau Lipat” menawarkan perspektif yang lain ihwal film itu, yakni dampaknya terhadap pelanggengan patriarki. Adegan Gerwani yang berpesta pora seraya menyilet muka para jenderal di lubang buaya dalam film ini mengkonstruksi stigma perempuan sebagai kaum yang liar. Petaka, jika diberi kuasa lebih. Lagi-lagi karya dari Melancholic Bitch mengejewantah sebagai “pengetahuan”, bukan hanya nada dan irama. Sebuah lagu–hanya 3 bait–yang mampu menjadi studi akan medium pesan lain dengan pendekatan kritis, naratif, sekaligus afektif. Kendati topiknya kelam, namun ada haru dan indah dalam musiknya.
Dan kebetulan sungguh kebetulan, single ini terbit menjelang kontroversi pemutaran film epik tersebut digulirkan lagi tahun ini oleh pihak militer. Maka Melancholic Bitch laksana Terminator, tiba-tiba turun entah dari mana, lalu membawa peringatan tentang durjana yang akan tiba.
1. Sisir Tanah – Konservasi Konflik
Kamu dengar apa hari ini?
Aku memilih bunyi perutmu
Sebelas menit tiga puluh enam detik
Sitar tanpura mengganti rugi suara angin
Gitar kopong mencampakkan suara sumbang
Antar nonton distorsi dan konser tunggalnya
Puisi melaju tanpa lampu merah dan pengkolan
Sajak demi sajak bekerja serabutan
Mozaik sengsara dan pusat belanja Jakarta
Memekik tak lebih kasar dari azan asar
Bertemu akrab dengan suara buldoser
Tanah-tanah diratakan seperti hujan
Pesawat terbang bersendawa di atasnya
Tentara melaparkan diri
Buku sejarah menghamburkan diri
Sebuah lagu menginap di Kulon Progo
Sampai kemanusiaan ikut habis kontrak rumahnya
Oh, semoga semua sudah donlot